Tak sempurna aku
Mengkhayal seluas laut biru
Bak kuntum kenanga
Wanginya menyerbak mengelana
Meski angin berpuyuh
Meski ombak menggulung
Luasnya dasar memukau setiap pandang
Bunga berias dan melajang
(fahmi)
Jumat, 29 Desember 2017
Kamis, 21 Desember 2017
Sajak Luka
Lantai yang ku duduki
Kotor oleh janji yang diingkari
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Sama saja sejak awal
Baiknya tak perlu kau ucap iya
Ku duduk saja
Kau tersenyum, aku meluka
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Lantai yang ku duduki
Kotor oleh janji yang diingkari
(fahmi)
Kotor oleh janji yang diingkari
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Sama saja sejak awal
Baiknya tak perlu kau ucap iya
Ku duduk saja
Kau tersenyum, aku meluka
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Lantai yang ku duduki
Kotor oleh janji yang diingkari
(fahmi)
Sajak Penghujat
Dasar bodoh
Ini hati, bukan benda mati
Jangan kau main seenak diri
Ketika kau beri harapan
Tepati tanpa ada alasan
Bukan lari dengan kicauan
Seperti burung yang tidak tertawan
Ah mana tahu kau
Sakitnya harapan kau kebiri
Mana paham pula kau
Perihnya pinta kau khianati
Dasar bodoh
Ini hati, bukan benda mati
(fahmi)
Ini hati, bukan benda mati
Jangan kau main seenak diri
Ketika kau beri harapan
Tepati tanpa ada alasan
Bukan lari dengan kicauan
Seperti burung yang tidak tertawan
Ah mana tahu kau
Sakitnya harapan kau kebiri
Mana paham pula kau
Perihnya pinta kau khianati
Dasar bodoh
Ini hati, bukan benda mati
(fahmi)
Sajak Emosi
Bisa diam tidak?
Sayapmu mendengung di telingaku
Sekalipun kau membisu
Lihatlah,
Bingkai yang berserakan itu
Kau tahu tak enak hatiku
Ingin kuludahi saja
Semua janji yang terucap manja
Namun tiada pernah berupa
Sudahlah,
Tak perlu bertanya
Duduk dan dengarkan saja
Keluhanku tentang semuanya
(fahmi)
Sayapmu mendengung di telingaku
Sekalipun kau membisu
Lihatlah,
Bingkai yang berserakan itu
Kau tahu tak enak hatiku
Ingin kuludahi saja
Semua janji yang terucap manja
Namun tiada pernah berupa
Sudahlah,
Tak perlu bertanya
Duduk dan dengarkan saja
Keluhanku tentang semuanya
(fahmi)
Sajak Karam
Ku buka kembali
Lembaran hati yang terkoyak sepi
Bak buku usang
Berdebu atau rapuhpun tak kau pandang
Raut muka memelas selalu tampak
Menipu semua harap yang terkuak
Remuk....
Tak peduli luka merajam
Kau siram saja dengan air garam
Ah peduli setan
Matipun tiada terbesit ingatan
Karena lupa kau pada perkataan
Terucap lama dijauhnya zaman
Ku tutup kembali
Serpihan hati yang karam lagi
(fahmi)
Lembaran hati yang terkoyak sepi
Bak buku usang
Berdebu atau rapuhpun tak kau pandang
Raut muka memelas selalu tampak
Menipu semua harap yang terkuak
Remuk....
Tak peduli luka merajam
Kau siram saja dengan air garam
Ah peduli setan
Matipun tiada terbesit ingatan
Karena lupa kau pada perkataan
Terucap lama dijauhnya zaman
Ku tutup kembali
Serpihan hati yang karam lagi
(fahmi)
Sajak Gundah
Melodi mengalun
Pada benih luka menghimpun
Berat batu ini
Menimpa tubuhku sesak
Gemercik air
Jatuh bertabuh pada wajan tanpa dasar
Gelap, pengap, sesak
Seolah hendak terhujat
Oleh mendung hati menyayat
Hidup kian meredup
Mati kini tak berarti
Pusara tak lagi goyah oleh angin
Menanda pupus akan harap dan ingin
(fahmi)
Pada benih luka menghimpun
Berat batu ini
Menimpa tubuhku sesak
Gemercik air
Jatuh bertabuh pada wajan tanpa dasar
Gelap, pengap, sesak
Seolah hendak terhujat
Oleh mendung hati menyayat
Hidup kian meredup
Mati kini tak berarti
Pusara tak lagi goyah oleh angin
Menanda pupus akan harap dan ingin
(fahmi)
Sajak Kecemasan
Menatap jauh pada sungai
Mengalir di sana
Rupamu.... silau
Terbias pantulan mentari senja
Jangkrik berderik menyembunyi diri
Burung mengatup diam membisu
Seribu bahasa.... ah tidak
Mungkin hanya prasangka
Sampai kapan?
Nanti, esok, lusa
Entahlah...
Atau mungkin lain hari
Rupamu
Hadirmu
Rasamu
Rindumu
Darimu aku membisu, dariku kamu mengadu
Resahmu dan resahku
(fahmi)
Mengalir di sana
Rupamu.... silau
Terbias pantulan mentari senja
Jangkrik berderik menyembunyi diri
Burung mengatup diam membisu
Seribu bahasa.... ah tidak
Mungkin hanya prasangka
Sampai kapan?
Nanti, esok, lusa
Entahlah...
Atau mungkin lain hari
Rupamu
Hadirmu
Rasamu
Rindumu
Darimu aku membisu, dariku kamu mengadu
Resahmu dan resahku
(fahmi)
Sajak Tak Pasti
Tanpa sadar ....
Aku bertaruh pada sendu yang menetes
Lolongan anjing terasa begitu memekakkan
Tujuan utama, ah sudahlah
Cukupkan ....
Percuma saja ku cari
Penat rasanya, tapi aku tiada henti
Pikirmu aku memilu?
Ah, sama saja kau
Dengan batu kerikil
Ku lempar jauh ke tengah danau
Percuma saja ku cari
(fahmi)
Aku bertaruh pada sendu yang menetes
Lolongan anjing terasa begitu memekakkan
Tujuan utama, ah sudahlah
Cukupkan ....
Percuma saja ku cari
Penat rasanya, tapi aku tiada henti
Pikirmu aku memilu?
Ah, sama saja kau
Dengan batu kerikil
Ku lempar jauh ke tengah danau
Percuma saja ku cari
(fahmi)
Sajak Mu
Paruh waktu ku habis untuk Mu
Lelah sibuk tak ku hirau karena Mu
Senyum manis yang terkembang oleh Mu
Menyemi rasa dalam angan atas Mu
Gugur ku tak mengenal Mu
Duka ku tak terikat Mu
Sebab hilang derita oleh Mu
Dengan hanya satu kita berteMu
Ah benar... kaMu
Mungkin tertarik aku dengan Mu
Meski rasa belum sampai milik Mu
Namun hati telah terbelenggu pada Mu
(fahmi)
Lelah sibuk tak ku hirau karena Mu
Senyum manis yang terkembang oleh Mu
Menyemi rasa dalam angan atas Mu
Gugur ku tak mengenal Mu
Duka ku tak terikat Mu
Sebab hilang derita oleh Mu
Dengan hanya satu kita berteMu
Ah benar... kaMu
Mungkin tertarik aku dengan Mu
Meski rasa belum sampai milik Mu
Namun hati telah terbelenggu pada Mu
(fahmi)
Senin, 27 November 2017
Kawan
Keringatku bercecer di rantau
perang
Darahku menetes menoda ribaan
Mayat-mayat menumpuk
bergelimpangan
Bagai daging busuk yang tidak
termakan
Ah benar...
Kini telah usai masa-masa
kelam
Tiada lagi kisah pilu mendalam
Kau tahu...?
Tidak lagi kupaksa kau
mengangkat senapan
Tidak lagi kupinta kau
menerjang meriam
Tapi... angkatlah pena
Ukirlah asa di hati para belia
Tumbuhkan harapan untuk hidup
yang ceria
Dan ceritakan kisah tentangku
pada mereka
Ingatlah...!
Setelah hancur badan ini oleh
meriam
Sekaranglah giliranmu
Kawan.(teruntuk seluruh guru Indonesia, SELAMAT HARI GURU)
Karya : A. TB. Fahmi
Pencuri
Baru sejenak ku lepas mimpi
Hatiku sudah kau bawa lari
Lancang benar kau ini
Ingin ku lemparkan batu
Namun tak kuasa ku menahan rindu
Ingin ku buang muka
Tapi senyummu selalu mendera
Lancang benar kau ini
Harus bagaimana aku
Menghadapimu yang tak tahu malu
Membawa pergi hatiku yang baru
Ku kutuk kau dengan cinta
Ku dera kau dengan puja
Setelah jauh separuh jiwa kau bawa
Lancang benar kau ini
Karya : Fahmi Tb
Minggu, 26 November 2017
Surgawi
Ku buka kerudungmu
Tergerai tampak rambut hitammu
Bak mawar berkuntum
Pada semu ku dekap mengagum
Jemariku berlayar dari samudra ke samudra
Terbang dari mega ke mega
Untuk sampai padanya surga
Ku kecup lembut bahtera kata
Berias madu memerah muda
Padaku kau hamparkan surga
Yang tiada pernah kau buka jua
Matamu yang terus memejam
Membuat lancangku semakin mengejam
Tak hirau kau rintih lara
Pada tuan yang terus mendera
Ah... semakin hanyut aku dalam surgamu
Semakin larut aku tak menentu
Semakin ingin untukku berhenti waktu
Agar tetap aku pada surgamu
Karya : Fahmi Tb
Tergerai tampak rambut hitammu
Bak mawar berkuntum
Pada semu ku dekap mengagum
Jemariku berlayar dari samudra ke samudra
Terbang dari mega ke mega
Untuk sampai padanya surga
Ku kecup lembut bahtera kata
Berias madu memerah muda
Padaku kau hamparkan surga
Yang tiada pernah kau buka jua
Matamu yang terus memejam
Membuat lancangku semakin mengejam
Tak hirau kau rintih lara
Pada tuan yang terus mendera
Ah... semakin hanyut aku dalam surgamu
Semakin larut aku tak menentu
Semakin ingin untukku berhenti waktu
Agar tetap aku pada surgamu
Karya : Fahmi Tb
Fakta itu 002
Orang bodoh itu yang kegirangan saat pasangannya bilang "aku tidak bisa hidup tanpa kamu". Padahal tahu kalau manusia tidak bisa hidup tanpa makan dan minum, bukan TANPA KAMU. (Fahmi)
Fakta itu 001
CINTA hanyalah hubungan SIMBIOSIS belaka, persetan dengan pendapat lain karena diakui ataupun tidak kenyataannya memang seperti itu. (Fahmi)
Jumat, 24 November 2017
Senyum Haru
Kali ini tidak ada kata-kata. Karena hari ini saya yang dapat hadiah dan kata-kata. Terlebih lagi pemberinya adalah tiga anak murid terPALING di sekolah.
Paling NAKAL
Paling ANTENG
Paling CANTIK
Terimakasih yah...
heeee
Paling NAKAL
Paling ANTENG
Paling CANTIK
Terimakasih yah...
heeee
Kamis, 23 November 2017
Sandiwara
Udara yang lembab
Aroma hujan
Ku lihat semut berjalan
menyapa tanpa tujuan
Ah... ku diamkan saja
Seperti tidak melihat
Cicak yang mengintip di balik atap
Terserah apa maumu
Terserah apa katamu
Aku diam itu
Bukan berarti tak tahu
Nyamuk yang menggigit tajam
Saat mata ku pejam
Aku rasa
Aku diam itu
Hanya berpura tak tahu
Terserah apa maumu
Terserah apa katamu
Karya : Fahmi Tb
Aroma hujan
Ku lihat semut berjalan
menyapa tanpa tujuan
Ah... ku diamkan saja
Seperti tidak melihat
Cicak yang mengintip di balik atap
Terserah apa maumu
Terserah apa katamu
Aku diam itu
Bukan berarti tak tahu
Nyamuk yang menggigit tajam
Saat mata ku pejam
Aku rasa
Aku diam itu
Hanya berpura tak tahu
Terserah apa maumu
Terserah apa katamu
Karya : Fahmi Tb
Minggu, 19 November 2017
Melodi Duka
Aroma debu
Udara yang kering
Jemuran yang melambai
Daun yang bergesek membentuk nada
Hanya dengan memandang langit yang sama
Membuatmu seolah terasa sangat dekat
Ah benar...
Kau itu seperti kucing
Terkadang kau membelai manja kakiku
Namun tiba-tiba kau mendiamkanku
Ah...
Kau mungkin lebih mirip badai
Yang sangat susah untuk ku tebak
Tentang alasan
Membuat mataku berkabut
Karya : Fahmi Tb
Udara yang kering
Jemuran yang melambai
Daun yang bergesek membentuk nada
Hanya dengan memandang langit yang sama
Membuatmu seolah terasa sangat dekat
Ah benar...
Kau itu seperti kucing
Terkadang kau membelai manja kakiku
Namun tiba-tiba kau mendiamkanku
Ah...
Kau mungkin lebih mirip badai
Yang sangat susah untuk ku tebak
Tentang alasan
Membuat mataku berkabut
Karya : Fahmi Tb
Senin, 13 November 2017
Pasal
Apakah ....
Mungkin ....
Pastikan ....
Tunggulah ....
Sampai ....
Entahlah ....
Ya sudah ....
Iya ....
Karya : Fahmi Tb
Mungkin ....
Pastikan ....
Tunggulah ....
Sampai ....
Entahlah ....
Ya sudah ....
Iya ....
Karya : Fahmi Tb
Sajak Pisau
Pisau itu genit sekali
Masuk ke perutmu tanpa permisi
Merobek rahasia tersembunyi
Yang tak mau orang lain mengetahui
Pisau itu nakal sekali
Menggelitik perutmu sampai mati
Sampai tidak ku dengar lagi
Hanya merihmu menjerit sekali
Pisau itu menggoda sekali
Menggerayang perutmu amat berani
Sampai kau mati berdiri
Dicabut perih terjatuh lagi
Pisau itu genit sekali
Karya : Fahmi Tb
Masuk ke perutmu tanpa permisi
Merobek rahasia tersembunyi
Yang tak mau orang lain mengetahui
Pisau itu nakal sekali
Menggelitik perutmu sampai mati
Sampai tidak ku dengar lagi
Hanya merihmu menjerit sekali
Pisau itu menggoda sekali
Menggerayang perutmu amat berani
Sampai kau mati berdiri
Dicabut perih terjatuh lagi
Pisau itu genit sekali
Karya : Fahmi Tb
Minggu, 12 November 2017
Sajak Kerinduan
Temaran langit dalam senja
Lebam membekas bermandi puja
Tiada lekang bertemu jua
Pada kasih terjerat cinta
Rinduku rindu sekuntum bunga
Merindu buta patah tangkainya
Menjerat luka tertusuk durinya
Sebab kasih lama tak bersua
Karya : Fahmi Tb
Lebam membekas bermandi puja
Tiada lekang bertemu jua
Pada kasih terjerat cinta
Rinduku rindu sekuntum bunga
Merindu buta patah tangkainya
Menjerat luka tertusuk durinya
Sebab kasih lama tak bersua
Karya : Fahmi Tb
Sajak Nasihat
Segala kalian budak muda
Jangan lalai akan darmasastra
Sebab akhlak ruhnya insan
Pengembala diri pada kemuliaan
Karya : Fahmi Tb
Jangan lalai akan darmasastra
Sebab akhlak ruhnya insan
Pengembala diri pada kemuliaan
Karya : Fahmi Tb
Cinta
Saat kau tak mampu berucap banyak
Saat itulah kau mengenal cinta
Cinta itu liar
Namun tak mekar dalam rengkuhan belukar liar
Melainkan semaian benih
Yang selalu butuh siraman kasih
Saat cinta membawamu terbang
Sejauh yang tak bisa kau pandang
Biarkan sayapnya mengantarmu
Pada segumpal putih di langit biru
Karya : Fahmi Tb
Saat itulah kau mengenal cinta
Cinta itu liar
Namun tak mekar dalam rengkuhan belukar liar
Melainkan semaian benih
Yang selalu butuh siraman kasih
Saat cinta membawamu terbang
Sejauh yang tak bisa kau pandang
Biarkan sayapnya mengantarmu
Pada segumpal putih di langit biru
Karya : Fahmi Tb
Sabtu, 11 November 2017
Seuntai Masa Lalu Pemalang
Keberadaan Pemalang dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung Ganesa yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya kuburan Syech Maulana Maghribi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat.
Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W FRUIN MEES yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.
Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.
Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram.
Pada masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran uu asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.
Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan sengit antara dirinya dan Aria Pangiri.
Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit).
Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang mantap sejak R. Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622. Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran Purbaya dari Mataram. Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung. Seorang tokoh yang sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji-panji Sultan Agung dari Mataram.
Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.
Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang.
Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog Uan 1825 -1830 dilaporkan bahwa Residen Uan Den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah.
Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan).
Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan Jogio sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.
Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Secara biokratif Pemerintahan Kabupaten Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial yang berbau feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan perkembangan dimasa sekarang.
Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk rnemperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.
Penetapan hari jadi ini dapat dihubungkan pula dengan tanggal pernyataan Pangeran Diponegoro mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823.
Namun berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang Hari Jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575. Bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang.
Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkolo “Lunguding Sabdo Wangsiting Gusti” yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751.
Sedangkan tahun 1496 je diwujudkan dengan Candra Sengkala “Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal” yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.
Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah “Pancasila Kaloka Panduning Nagari” dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751. (PurwoKabupatenPemalang)
Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W FRUIN MEES yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.
Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.
Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram.
Pada masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran uu asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.
Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan sengit antara dirinya dan Aria Pangiri.
Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit).
Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang mantap sejak R. Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622. Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran Purbaya dari Mataram. Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung. Seorang tokoh yang sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji-panji Sultan Agung dari Mataram.
Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.
Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang.
Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog Uan 1825 -1830 dilaporkan bahwa Residen Uan Den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah.
Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan).
Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan Jogio sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.
Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Secara biokratif Pemerintahan Kabupaten Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial yang berbau feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan perkembangan dimasa sekarang.
Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk rnemperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.
Penetapan hari jadi ini dapat dihubungkan pula dengan tanggal pernyataan Pangeran Diponegoro mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823.
Namun berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang Hari Jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575. Bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang.
Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkolo “Lunguding Sabdo Wangsiting Gusti” yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751.
Sedangkan tahun 1496 je diwujudkan dengan Candra Sengkala “Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal” yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.
Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah “Pancasila Kaloka Panduning Nagari” dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751. (PurwoKabupatenPemalang)
Penantian
Di ujung lembayung senja kelabu
Lamunan berhenti pada bayangmu
Bayang yang menjadi mimpi
Pada hati yang menanti
Di gelapnya temaram bulan
Lamunan jatuh pada pujaan
Sosok yang melekat dalam jiwa
Bersama rindu yang kian mendera
Di hangat terbitnya sang surya
Fikiranku masih tentang cinta
Cinta yang tiada akan redup
Menjadi angan paruhan hidup
Kamu kamu kamu ya kamu
Sosok cinta yang telah ku temu
Yang mendera seluruh hatiku
Oleh kabut yang menutupmu dari pertemuanku
Karya : Fahmi Tb
Lamunan berhenti pada bayangmu
Bayang yang menjadi mimpi
Pada hati yang menanti
Di gelapnya temaram bulan
Lamunan jatuh pada pujaan
Sosok yang melekat dalam jiwa
Bersama rindu yang kian mendera
Di hangat terbitnya sang surya
Fikiranku masih tentang cinta
Cinta yang tiada akan redup
Menjadi angan paruhan hidup
Kamu kamu kamu ya kamu
Sosok cinta yang telah ku temu
Yang mendera seluruh hatiku
Oleh kabut yang menutupmu dari pertemuanku
Karya : Fahmi Tb
3 Alasan Belajar di SDIT Nurhanifa
SDIT Nurhanifa adalah sekolah dasar Islam Terpadu yang terletak di Desa Rawakalong Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang tidak hanya berperan dalam mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung saja, akan tetapi juga berperan dalam mengembangkan karakter sosial dan keagamaan sehingga terbentuk peserta didik yang berkarakter dan beragama.
Berikut 3 alasan untuk belajar di SDIT Nurhanifa :
1. Guru yang memperhatikan siswa satu per satu
Pada dasarnya konsep dasar mengajar adalah harus memperhatikan perkembangan peserta didik satu per satu, akan tetapi tidak sedikit guru yang hanya memperhatikan perkembangan peserta didiknya secara keseluruhan. Di SDIT Nurhanifa seluruh guru dituntut untuk mengetahui perkembangan peserta didik secara mendetail. Jika ada murid yang merasa kurang pada salah satu mata pelajaran, maka tugas guru yang bersangkutan untuk memberikan perhatian lebih sehingga peserta didik tersebut dapat mengikuti mata pelajaran sebagaimana mestinya.
2. Biaya pendidikan yang murah
Salah satu faktor penyebab putusnya pendidikan anak adalah karena ketiadaan biaya. Banyak sekali kasus keluhan orang tua/wali tentang mahalnya biaya pendidikan saat ini. SDIT Nurhanifa merupakan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang terdata paling murah. Selain itu juga banyak sekali potongan biaya pendidikan untuk anak guru dan siswa berprestasi, bahkan untuk anak yatim dapat bersekolah tanpa harus memikirkan biaya pendidikan (gratis). Namun begitu, SDIT Nurhanifa tetap mengutamakan mutu pendidikan yang dapat dibuktikan baik dalam bidang akademik maupun ekstrakurikuler.
3. Penetapan KBM yang tinggi
KBM (ketuntasan belajar minimal) merupakan acuan minimal hasil belajar siswa. Dengan tingginya nilai KBM akan membuat peserta didik menjadi tertuntut untuk mengembangkan potensi diri baik dalam akademik maupun karakter. Hasilnya adalah peserta didik akan saling berlomba dalam meningkatkan taraf belajarnya.
Demikian adalah tiga alasan untuk belajar di SDIT Nurhanifa. Banyak sekali sekolah dasar yang memiliki mutu pembelajaran tinggi, namun melihat dari 3 alasan di atas maka SDIT Nurhanifa menjadi pilihan yang tepat orang tua menitipkan anaknya untuk belajar.
Senja
Aku di sini bersimpuh
Memandangi gugur daun (oleh dosa di siang terik)
Jemariku tak lelah mengais
Serpihan ampunan yang terhambur oleh angin senja
Temaram cahaya matahari
Mulai menghilang saat iqrakku berteriak
"Oh Tuhan ampuni ... ampuni!"
Redup mengantar nafasku
Pada penyesalan senja
Yang tak berujung
Karya : Fahmi Tb
Memandangi gugur daun (oleh dosa di siang terik)
Jemariku tak lelah mengais
Serpihan ampunan yang terhambur oleh angin senja
Temaram cahaya matahari
Mulai menghilang saat iqrakku berteriak
"Oh Tuhan ampuni ... ampuni!"
Redup mengantar nafasku
Pada penyesalan senja
Yang tak berujung
Karya : Fahmi Tb
Takdir
Wajahnya memerah
Jarinya masih malu merangkai
Jiwanya lahir di ujung kembang tersenyum
Aromanya menyiram
Terasa bagai subuh menusuk hati
Ingin kubuka rangkaian takdir
Apakah ada kiranya namaku tertulis
Entahlah ...
Yang ku tahu
Di bukunya tidak ada namaku
Karya : Fahmi Tb
Jarinya masih malu merangkai
Jiwanya lahir di ujung kembang tersenyum
Aromanya menyiram
Terasa bagai subuh menusuk hati
Ingin kubuka rangkaian takdir
Apakah ada kiranya namaku tertulis
Entahlah ...
Yang ku tahu
Di bukunya tidak ada namaku
Karya : Fahmi Tb
Langganan:
Postingan (Atom)