Selasa, 28 Juli 2020

Surat dari Kekasih



Untukmu sayangKu

Saat kau membuka matamu di pagi hari,
Aku berharap kau menyapaKu,
bercerita tentang apa yang ingin kau lakukan hari ini.

Ataupun mengucapkan terimakasih
untuk kasih sayang yang Ku berikan padamu.

Tapi sepertinya kau terlalu sibuk bersiap untuk bekerja,
sampai kau tak menyadari Aku di sampingmu.

Aku akan sabar menantimu,
mungkin saat makan siang kau akan berbicara denganKu.

Waktu berlalu begitu singkat.
Kau duduk seperti orang kebingungan.
Ku lihat teman-temanmu datang menghampirimu.

Mereka menyapaKu dengan lembut
untuk berterimakasih atas makanan yang Ku beri.
Namun kau diam saja,
mungkin kau malu berbicara denganKu di tempat ramai.

Tak mengapa, masih ada waktu malam saat kau pulang ke rumah.
Aku tetap menunggumu dengan setia.

Hingga pintu terbuka dan kau masuk ke dalam rumah.
Aku melihatmu masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan berganti pakaian.

Setelah itu kau menyantap hidangan malammu.
Aku menunggumu selesai makan dan berbicara denganKu.
Namun sekali lagi kau lupa berterimakasih atas makanan yang sudah Ku beri.
Aku berfikir mungkin kau terlalu lelah bekerja siang tadi.

Baiklah,
Aku akan tetap menunggumu menyapaKu besok,
berharap kau berbicara kepadaKu.

Tapi di hari-hari berikutnya kau tak juga mengingatku.
Subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya kau masih juga tidak menyapaku.

Apa Aku menyakitimu hingga kau benar-benar melupakanKu?.
Padahal telah Ku limpahkan begitu banyak nikmat kepadamu.
Apa itu semua tidak bisa membuatmu mengingatKu?

Dari yang selalu menyayangimu,
Tuhanmu

Pemalang, 15 Oktober 2019
(Fahmi)

Kamis, 23 Juli 2020

Egoisme



Kepalsuan tidaklah menghasilkan apa-apa selain kebohongan,
dan kebohongan tidaklah membuahkan apa-apa selain ketidak percayaan.

Manusia hidup tidaklah seperti semut berjalan.
Bertegur sapa atau hanya melenggang saja,
menjadi sikap yang terpatri lewat kebiasaan.

Hati manusia yang berpayung amarah,
hujan tak lagi mampu menyejukannya.

Selimut hangat di tengah pelukan panglima malam,
Melalaikan sahabat hati di kala fajar membuka jendelanya.

Al hasil...
Kesombongan dan kecongkakan,
subur laksana benalu yang bersandar di batang hati.

(15 oktober 2019)
Fahmi- bukan puisi

Rabu, 22 Juli 2020

Fakta itu 007


Suara kran air membuat kita nyaman saat buang air besar.

Teguran




Aku tak pernah mendengar,
siang mengumbar keramaiannya,
dan malam menangisi kesunyiannya.

Aku tak pernah melihat,
matahari mengeluhkan teriknya,
dan bulan berbangga dengan keindahannya.

Aku tak pernah berjumpa,
rumput marah pada penginjaknya,
dan pohon murka pada penebangnya.

Bukankah pohon dan domba Dia berikan pakaian
karena mereka tak dapat menenun.

Ulat yang kau cacipun pada akhirnya kau puji.

Lalu, manakah yang lebih baik,
hati atau pikiranmu?
Hatimu yang kotor selalu berbangga pada pencapaianmu,
dan pikiranmu yang picik selalu memandang rendah selainmu.

Kau tahu pakaian yang kau kenakan bukan dari hasil jahitanmu.
Kau tahu nasi yang kau makan bukan dari hasil tanamanmu.

Lalu apa hebatnya kau?
Kau mengeluhkan raja siang yang menyengat kulitmu.
Kau mengeluhkan panglima malam yang mengaburkan matamu.
Bahkan kau mengeluhkan tetesan rahmat yang mengguyur tubuhmu.

Ketahuilah tempatmu,
Kaulah sang hina di balik jubah suteramu.

Bukankah Dia telah menyerumu,
agar kau tak berjalan di atas kecongkakanmu.
Atau kau telah menutup telinga,
dan membusuk dalam ketulian palsumu

(Pemalang, 15 Oktober 2019)
Fahmi