Rabu, 22 Juli 2020

Teguran




Aku tak pernah mendengar,
siang mengumbar keramaiannya,
dan malam menangisi kesunyiannya.

Aku tak pernah melihat,
matahari mengeluhkan teriknya,
dan bulan berbangga dengan keindahannya.

Aku tak pernah berjumpa,
rumput marah pada penginjaknya,
dan pohon murka pada penebangnya.

Bukankah pohon dan domba Dia berikan pakaian
karena mereka tak dapat menenun.

Ulat yang kau cacipun pada akhirnya kau puji.

Lalu, manakah yang lebih baik,
hati atau pikiranmu?
Hatimu yang kotor selalu berbangga pada pencapaianmu,
dan pikiranmu yang picik selalu memandang rendah selainmu.

Kau tahu pakaian yang kau kenakan bukan dari hasil jahitanmu.
Kau tahu nasi yang kau makan bukan dari hasil tanamanmu.

Lalu apa hebatnya kau?
Kau mengeluhkan raja siang yang menyengat kulitmu.
Kau mengeluhkan panglima malam yang mengaburkan matamu.
Bahkan kau mengeluhkan tetesan rahmat yang mengguyur tubuhmu.

Ketahuilah tempatmu,
Kaulah sang hina di balik jubah suteramu.

Bukankah Dia telah menyerumu,
agar kau tak berjalan di atas kecongkakanmu.
Atau kau telah menutup telinga,
dan membusuk dalam ketulian palsumu

(Pemalang, 15 Oktober 2019)
Fahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar