Tak sempurna aku
Mengkhayal seluas laut biru
Bak kuntum kenanga
Wanginya menyerbak mengelana
Meski angin berpuyuh
Meski ombak menggulung
Luasnya dasar memukau setiap pandang
Bunga berias dan melajang
(fahmi)
Jumat, 29 Desember 2017
Kamis, 21 Desember 2017
Sajak Luka
Lantai yang ku duduki
Kotor oleh janji yang diingkari
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Sama saja sejak awal
Baiknya tak perlu kau ucap iya
Ku duduk saja
Kau tersenyum, aku meluka
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Lantai yang ku duduki
Kotor oleh janji yang diingkari
(fahmi)
Kotor oleh janji yang diingkari
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Sama saja sejak awal
Baiknya tak perlu kau ucap iya
Ku duduk saja
Kau tersenyum, aku meluka
Ah ku sapu saja
Atau biarkan? percuma
Lantai yang ku duduki
Kotor oleh janji yang diingkari
(fahmi)
Sajak Penghujat
Dasar bodoh
Ini hati, bukan benda mati
Jangan kau main seenak diri
Ketika kau beri harapan
Tepati tanpa ada alasan
Bukan lari dengan kicauan
Seperti burung yang tidak tertawan
Ah mana tahu kau
Sakitnya harapan kau kebiri
Mana paham pula kau
Perihnya pinta kau khianati
Dasar bodoh
Ini hati, bukan benda mati
(fahmi)
Ini hati, bukan benda mati
Jangan kau main seenak diri
Ketika kau beri harapan
Tepati tanpa ada alasan
Bukan lari dengan kicauan
Seperti burung yang tidak tertawan
Ah mana tahu kau
Sakitnya harapan kau kebiri
Mana paham pula kau
Perihnya pinta kau khianati
Dasar bodoh
Ini hati, bukan benda mati
(fahmi)
Sajak Emosi
Bisa diam tidak?
Sayapmu mendengung di telingaku
Sekalipun kau membisu
Lihatlah,
Bingkai yang berserakan itu
Kau tahu tak enak hatiku
Ingin kuludahi saja
Semua janji yang terucap manja
Namun tiada pernah berupa
Sudahlah,
Tak perlu bertanya
Duduk dan dengarkan saja
Keluhanku tentang semuanya
(fahmi)
Sayapmu mendengung di telingaku
Sekalipun kau membisu
Lihatlah,
Bingkai yang berserakan itu
Kau tahu tak enak hatiku
Ingin kuludahi saja
Semua janji yang terucap manja
Namun tiada pernah berupa
Sudahlah,
Tak perlu bertanya
Duduk dan dengarkan saja
Keluhanku tentang semuanya
(fahmi)
Sajak Karam
Ku buka kembali
Lembaran hati yang terkoyak sepi
Bak buku usang
Berdebu atau rapuhpun tak kau pandang
Raut muka memelas selalu tampak
Menipu semua harap yang terkuak
Remuk....
Tak peduli luka merajam
Kau siram saja dengan air garam
Ah peduli setan
Matipun tiada terbesit ingatan
Karena lupa kau pada perkataan
Terucap lama dijauhnya zaman
Ku tutup kembali
Serpihan hati yang karam lagi
(fahmi)
Lembaran hati yang terkoyak sepi
Bak buku usang
Berdebu atau rapuhpun tak kau pandang
Raut muka memelas selalu tampak
Menipu semua harap yang terkuak
Remuk....
Tak peduli luka merajam
Kau siram saja dengan air garam
Ah peduli setan
Matipun tiada terbesit ingatan
Karena lupa kau pada perkataan
Terucap lama dijauhnya zaman
Ku tutup kembali
Serpihan hati yang karam lagi
(fahmi)
Sajak Gundah
Melodi mengalun
Pada benih luka menghimpun
Berat batu ini
Menimpa tubuhku sesak
Gemercik air
Jatuh bertabuh pada wajan tanpa dasar
Gelap, pengap, sesak
Seolah hendak terhujat
Oleh mendung hati menyayat
Hidup kian meredup
Mati kini tak berarti
Pusara tak lagi goyah oleh angin
Menanda pupus akan harap dan ingin
(fahmi)
Pada benih luka menghimpun
Berat batu ini
Menimpa tubuhku sesak
Gemercik air
Jatuh bertabuh pada wajan tanpa dasar
Gelap, pengap, sesak
Seolah hendak terhujat
Oleh mendung hati menyayat
Hidup kian meredup
Mati kini tak berarti
Pusara tak lagi goyah oleh angin
Menanda pupus akan harap dan ingin
(fahmi)
Sajak Kecemasan
Menatap jauh pada sungai
Mengalir di sana
Rupamu.... silau
Terbias pantulan mentari senja
Jangkrik berderik menyembunyi diri
Burung mengatup diam membisu
Seribu bahasa.... ah tidak
Mungkin hanya prasangka
Sampai kapan?
Nanti, esok, lusa
Entahlah...
Atau mungkin lain hari
Rupamu
Hadirmu
Rasamu
Rindumu
Darimu aku membisu, dariku kamu mengadu
Resahmu dan resahku
(fahmi)
Mengalir di sana
Rupamu.... silau
Terbias pantulan mentari senja
Jangkrik berderik menyembunyi diri
Burung mengatup diam membisu
Seribu bahasa.... ah tidak
Mungkin hanya prasangka
Sampai kapan?
Nanti, esok, lusa
Entahlah...
Atau mungkin lain hari
Rupamu
Hadirmu
Rasamu
Rindumu
Darimu aku membisu, dariku kamu mengadu
Resahmu dan resahku
(fahmi)
Sajak Tak Pasti
Tanpa sadar ....
Aku bertaruh pada sendu yang menetes
Lolongan anjing terasa begitu memekakkan
Tujuan utama, ah sudahlah
Cukupkan ....
Percuma saja ku cari
Penat rasanya, tapi aku tiada henti
Pikirmu aku memilu?
Ah, sama saja kau
Dengan batu kerikil
Ku lempar jauh ke tengah danau
Percuma saja ku cari
(fahmi)
Aku bertaruh pada sendu yang menetes
Lolongan anjing terasa begitu memekakkan
Tujuan utama, ah sudahlah
Cukupkan ....
Percuma saja ku cari
Penat rasanya, tapi aku tiada henti
Pikirmu aku memilu?
Ah, sama saja kau
Dengan batu kerikil
Ku lempar jauh ke tengah danau
Percuma saja ku cari
(fahmi)
Sajak Mu
Paruh waktu ku habis untuk Mu
Lelah sibuk tak ku hirau karena Mu
Senyum manis yang terkembang oleh Mu
Menyemi rasa dalam angan atas Mu
Gugur ku tak mengenal Mu
Duka ku tak terikat Mu
Sebab hilang derita oleh Mu
Dengan hanya satu kita berteMu
Ah benar... kaMu
Mungkin tertarik aku dengan Mu
Meski rasa belum sampai milik Mu
Namun hati telah terbelenggu pada Mu
(fahmi)
Lelah sibuk tak ku hirau karena Mu
Senyum manis yang terkembang oleh Mu
Menyemi rasa dalam angan atas Mu
Gugur ku tak mengenal Mu
Duka ku tak terikat Mu
Sebab hilang derita oleh Mu
Dengan hanya satu kita berteMu
Ah benar... kaMu
Mungkin tertarik aku dengan Mu
Meski rasa belum sampai milik Mu
Namun hati telah terbelenggu pada Mu
(fahmi)
Langganan:
Postingan (Atom)